Pend. Multikultural



Pengembangan Pendidikan Multikultural Di Indonesia
Negara multikultural merupakan sebuatan yang sangat cocok untuk indoneisa. Karena indonesia memiliki keragaman agama, dan kepercayaan, suku, jumlah dan persebaran pulau, bahasa dan sejumlah keragaman lain. Kergaman itu merupakan ptensi dan  keunikan yang dimiiliki oleh bangsa indonesia sebagai bangsa yang besar. Akan tetapi keragaman dan keunikan tersenut selama ini belum mendapatkan kesempatan berkembang dan mengelola diri berdasar kearifan budaya dan kemauan hidup berdampingan secara damai.
            Paradigma dibidang pendidikan kita yang sangat sentralistic telah mengabaikan keragaman yang menjadi kekayaan dan poteni yang  dimiliki oleh bangsa ini. Perkelahian, kerusuhan, permusuhan, yang berlatar belakang etnis dan budaya ilih berganti terjadi dnegara ini. Negara ini diambang disintegrasi bangsa bila tidak segara mendapat penanganan yang serius.
A. Implikasi Makna Pendidikan Multikultural, Sejarah Dan Karakteristik Problematika Multikultural Terhadap Pengembangan Pendidikan Mutikultural Di Indonesia.
            Untuk mengembangkan pendidikan multikultural di indonesia kita perlu mengetahui lebih dahulu makna atau pengertian dari pendidikan multukultural, sejarah yang melatarbelakangi kemunculan pendidikan multikultural dan karakteristik problematika multikultural indonesia. Dengan mengetahui karakteristik problematika multikultural di indonesia kita dapat memberi solusi yang tepat dan dapat dijadika fokus pengembangan pendidikan multikultural.

1. Makna Pendidikan Multikultural Dan Implikasinya Terhadap Pengembangan Pendidikan
a.      Pendidikan Multikultural
Pendidikan Multikultural sebagai ide adalah suatu filsafat yang menekan legitimasi. Vitalitas dan pentingnya keragaman kelas social, etnis, dan ras, gender, anak yang berkebutuhan khusus, agama, bahasa, dan usia dalam membentuk kehidupan individu, kelompok , dan bangsa. Sebagai sebuah ide, maka Pendidikan Multikultural ini harus mengenalkan pengetahuan tentang berbagai kelompok dan organisasi yang menentang penindasan dan eksploitasi dengan mempelajari hasil karya dan ide yang mendasari karyanya (sizemore,1981).
            Implikasinya terhadap pengembangan Pendidikan Multikultural adalah pemasukan bahan ajar yang berisi ide dari berbagai kelompok budaya. Pendidikan memang mengajarkan nilai-nilai budayanya sendiri namun selain itu juga perspektif dan budaya diwilayah orang lain diseluruh muka dunia. Dan hal ini dapat membuat siswa “melek budaya” (cultural literacy) yang mampu melihat berbagai sudut pandang budaya yang pernah hidup diberbagai belahan dunia.


b.     Pendidikan Multikultural sebagai gerakan reformasi pendidikan
pendidikan multikultural dapat dipandang sebagai suatu gerakan reformasi yang berubah semua komponen kegiatan pendidikan, yaitu :
1.      Nilai nilai yang mendasari
2.      Aturan procedural
3.      Kurikulum
4.      Bahan ajar
5.      Struktur organisasi
6.      Pola kebijakan

Nilai-nilai yang mendasari, aturan procedural, kurikulum, bahan ajar, struktur organisasi, pola kebijakan pendidikan perlu di rombak agar mencerminkan budaya indonesia yang pluralistik. Pendidikan Multikultural juga dipandang sebagai suatu pendekatan belajar dan mengajar yang didasarkan pada nilai-nilai demokratis yang mengedepankan pluralisme budaya, bentuknya yang paling komperhensif.

c.      Pendidikan Mutikultural sebagai proses
Pendidikan Multikultural merupakan suatu proses yang terus menerus yang membutuhkan invests jangka panjang disamping aksi yang terencana dan dimonitor secara hati-hati (Banks & Banks, 1993). Dan ASCD Komisi Pendidikan Multikultural (Didalam Grant, 1997b:3) ada beberapa ide utama yang biasa kita ambil :
1.      Pendidikan Multikultural berhubungan dengan konsep humanistic. Konsep yang didasarkan pada kekuatan dari keragaman, HAM, keadilan sosial dan gaya hidup.
2.      Pendidikan Multikultural mengarah pada pencapaian pendidikan yang berkualitas.
3.      Melibatkan segala upaya untuk memenuhi seluruh budaya siswa.
4.      Memandang masyarakat pluralistic sebagai kekuatan positif.
5.      Perbedaan adalah wahana memahami masyarakat global.

Nieto (1992) memandang Pendidikan Multikultural terkait dengan :
1.      Reformasi sekolah dan pendidikan dasar yang kompehensif untuk semua siswa.
2.      Penentangan terhadap semua bentuk deskriminatif
3.      Penyerapan pelajaran dan hubungan interpersonal di kelas, dan
4.      Penonjolan prinsip-prinsip demokrasi dan keadilan sosial
Menurut Bannel definisi Pendidikan Multikultural mencakup dimensi :
1.      Gerakan persamaan (yang dalam konsep Banks disebut gerakan reformasi pendidikan)
2.      Pendekatan multicultural
3.      Proses menjadi multicultural
4.      Komiten memerangi prasangka dan deskriminasi

2. Sejarah Pendidikan Multukultural Dan Implikasi Terhadap Pengembangan Pendidikan Multikutural
Pendidikan Multikultural timbul dari munculya gerakan hak-hak sipil di Amerika tahun 1960-an yang mulai menyadari dan menuntut hak yang belum pernah terjadi sebelumnya. Tujuan utamanya menghilangkan deskriminasi dalam akomodasi umum perumahan, tenaga kerja, dan pendidikan. Gerakan hak-hak sipil ini berimplikasi terhadap ;
a.      Berdirinya lembaga pendidikan bagi kelompok etni.
b.      Reformasi kurikulum.
c.       Kenaikan upah bagi guru dan administrator sekolah kulit hitam dan berwarna lain.
d.      Adanya kontrol masyarakat terhadap sekolah.
e.      Revisisi buku teks agar merefleksikan keberagaman orang di AS.
3.  Karakteristik Problematika Mutikultural Indonesia Dan Implikasinya Terhadap Pengembangan Pendidikan Multikultura
Faktor-faktor  yang melatarbelakangi semua pertikaian de tanah air selama ini desebabkan oleh  :
1.      Kuatnya prasangka, etnosentrisme, stereotip dan deskriminasi antar kelompok.
2.      Merosotnya rasa kebersamaan dan peraturan dan saling pengertian.
3.      Aktivitas politis identitas kelompok/ daerah didalam era reformasi
4.      Tekanan sosial ekonomi
Ada tiga kelompok pemikiran yang biasa berkembang di Indonesia dalam menyikapi konflik yang sering muncul Pertama, pandangan primordialis. Kelompok ini menganggap perbedaan-perbedaan yang berasal dari ikatan primordial seperti suku, ras agama, dan antar golongan merupakan sumber utama lahirnya benturan-benturan kepentingan. Kedua,  pandangan kaum intrumentalis. Menurut mereka suku, agama, dan identitas yang lain dianggap sebagai alat saja, yang digunakan individu atau kelompok tertentu untuk mengejar tujuan yang lebih besar, baik dalam bentuk materiil maupun non-materiil. Ketiga, kaum kontruktivis, yang beranggapan bahwa identitas kelompok tidak bersifat kaku, sebagaimana yang dibayangkan kaum primordialis. Bagi mereka, persamaan adalah anugrah dan perbedaan adalah berkah. Diantara ketiganya, kelompok ketiga ini yang berpikir positif tentang kondisi multikultural indonesia.
B. Prinsip Pengembangan Pendidikan Mutikultural Di Dindonesia
1.      Bentuk pengembangan pendidikan mutikultural di indonesia
Pengembangan pendidikan multikultural di indonesia dapat berbentuk :
a.      Penambahan materi multikultural
b.      Berbentuk bidang studi atau mata pelajaran yang bersifat sendiri
c.       Berbentuk progam dan praktik terencana
d.      Pada wilayah kerja sekolah, Pendidikan Multikultural berarti (1) suatu kurlkulum yang berhubungan dengan pengalaman kerja etnis, progam pengalaman Multikultural, dan total school reform
e.      Gerakan persamaan
f.        Proses

2.   asas-asas dalam pendidikan multikultural di indonesia
a.      Asas wawasan nasional/kebangsaan (persatuan dalam perbedaan). Asas ini didasarkan pada konsep kanasionalan/ kebangsaan.
b.      Asas Bhineka Tunggal Ika (perbadaan dalam persatuan). Konsep ini menekankan keragaman dalam budaya yang menyatu dalam wilayah negara kita.
c.       Asas kesederajatan. Indonesia yang menghormati asas ini. Semua budaya dipandang sederajat, diakui dan di kembangkan dalam kesetaraan.
d.      Asas selaras, serasi dan seimbang. Semua budaya dikembangkan selara dengan perkembangan masing-masing.

3. tiga prinsip penyusunan progam dalam pendidikan multikultural.
a.    Pendidikan multikultural didasarkan pada pedagodic yang berdasarkan kesetaraan manusia (equity pedagody).
b.    Pendidikan multikultural ditujukan pada tewujudnya manusia yang berbudaya.
c.    Prinsip globalisasi budaya.

Penutup
Dalam setiap sisi kehidupan, manusia selalu berada pada dua sisi yaitu sebagai individu dengan segala karateristiknya dan sebagai bagian dari kelompok manusia yang lain. Dua sisi tersebut menempatkan manusia pada dimensi personal dan dimensi sosial. Dimensi sosial akan tampak eksistensinya bila didukung oleh keberadan personal, seba­liknya dimensi personal akan semakin bermakna jika berada pada konteks soisal. Dimensi personal membawa impilkas ke-bhineka-an yang dibawa masing individu, sementara itu dimensi sosial mengandaikan adanya ke-eka-an sebagai wujud menyatunya ke-bhineka-an. Hal itulah yang menjadi inti dari adanya pluralisme budaya.
            Sikap mengakui ke-bhineka-an dalam ke-eka-an tidak serta merta dapat tumbuh pada diri setiap manusia. Hal itu bersumber dari karakteristik individual yang melekat pada diri manusia. Oleh karena itulah diperlukan suatu institusi untuk menjaga tumbuh kem­bang­nya sikap tersebut. Salah satu lembaga yang dimaksud yaitu lembaga pendidikan, baik yang bersifat formal maupun nonformal.
            Pelaksanaan pembelajaran di sekolak diharapkan dapat mempertemukan anak didik dengan pikiran, gagasan, harapan, dari berbagai pihak.  Semua hal itu pada akhirnya akan sampai pada diri anak didik dan melahirkan pemahaman yang terwujud pada perilaku. Melalui pendidikan, manusia dibudayakan. Salah satu tujuan akhir pendidikan adalah untuk meneruskan dan mena­namkan kebudayaan kepada setiap warga pemilik budaya tersebut.

Daftar Pustaka
Azra, Azyumardi. 2003. ’’Pendidikan Multikultural, Membangun Kembali Indonesia Bhineka Tunggal Ika“. Jakarta: Republika, Rabu 03 September 2003.

Bandem, I Made. 2001. “Seni dalam Perspektif Pluralisme Budaya”. Makalah SEMNAS di Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta, Oktober 2001

Darma, Budi. 2001. “Sasra dan Pluralisme”. Makalah SEMNAS di Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta, Oktober 2001

Ma’hady, Muhaemin. 2004. Multikulturalisme dan Pendidikan Multikultural. http://www.pendidikan network

Hasan, Fuad. 1993. “Cacatan Perihal Sastra dan Pendidikan”. Jakarta: Warta HISKI No. 9/10 Desember 1993.

Muqtafa, Khoirul M. 2004. “Paradigma Multikultural”. Jakarta: Sinar Harapan. Kamis, 05 Februari 2004

Robinson, Philip. 1986. Beberapa Perpsektif Sosiologi Pendidikan. Terjemahan Hasan Basri. Jakarta: Penerbit Radjawali.

Rusyana, Yus. 1991. Untuk Meningkatkan Pengajaran Sastra bagi Pengembangan Budaya Bangsa Diperlukan Pengalaman Membaca Hasil Sastra yang Bermakna. Makalah Semnas Bahasa dan Sastra Indonesia. Yogyakarta : FPBS IKIP Yogyakarta.

Rusyana, Yus. 2001. Menuju Pengajaran Sastra yang Ideal. Makalah Workshop Kurikulum. Malang: Fakultas Sastra Universitas Malang.

Suparlan, Parsudi. 2001. ’’Bhineka Tunggal Ika: Keanekaragaman Suku Bangsa atau Kebudayaan“. Makalah Seminar.

Suparlan, Parsudi. 2001. ’’Menuju Indonesia Baru’’. Perhimpunan Indonesia Baru – Asosiasi Antropologi Indonesia. Yogyakarta.

Suparlan, Parsudi. 2003. Menuju Masyarakat Indonesia yang Multikultural. http://www.scripps.ohiou.edu/new

Harian Kompas, 18 dan 20 oktober 2001

Tidak ada komentar:

Posting Komentar